Sabtu, 18 April 2015

Silahkan direnungkan (tentang asuransi) yang berikut ini

Ada 2 jenis penggantian asuransi, yang penting untuk kita pahami :
1. Prinsip Indemnitas -- diganti ruginya sesuai biaya yang dkeluarkan. Untuk asuransi jiwa tidak berlaku (makanya bisa memiliki UP yang terus bertambah dari beberapa asuransi) namun untuk asuransi kesehatan umumnya prinsip ini digunakan.
Jadi kalaupun ada dua atau lebih asuransi yang menutup resiko/manfaat sama, maksimal yang nasabah bisa terima adalah sebesar 'kerugian aktual' saja, tidak bisa lebih. Ini mengapa kuitansi asli atau legalisir untuk COB diperlukan, untuk menghindari nasabah mengambil keuntungan dari pembayaran asuransi. Manfaat dibayar sesuai kerugian finansial nasabah.
2. Santunan, sesuai kamus adalah 'bantuan' adalah nilai yang akan dibayarkan apabila tercapai kondisi tertentu sesuai perjanjian. Santunan tidak berdasarkan pada besaran kerugian, oleh karena itu cenderung tidak terbatas. Santunan ini muasalnya, sebagai pengganti income yang hilang apabila menderita sakit yang harus dirawat di RS. Santunan kematian, santunan cacat biasa menggunakan metode santunan.
Untuk kesehatan, konsep ini biasa dipakai untuk produk semacam daily allowance, hospital cash, santunan harian... Dll.
Karena bentuknya santunan, sah sah saja nasabah memiliki manfaat santunan dari berbagai polis.
Maka cukup dengan membuktikan nasabah dirawat (di sinilah tidak perlu kuitansi asli, karena kuitansi copy hanya dipakai untuk membuktikan bahwa nasabah benar dirawat - bukan untuk validasi jumlah biaya rawat).
Oleh karena itu, untuk manfaat tunai harian, bila nasabah memiliki 2 atau lebih polis, bisa diklaim di semuanya, karena menggunakan prinsip santunan.
-----
Ini bagian dari prinsip prinsip asuransi, yang penting diketahui untuk mengatasi informasi yang misleading mengenai 'bisa double cover', 'klaim bisa dibayar dengan fotocopy saja, asli tidak diperlukan', 'tanpa investigasi penyakit' 'dibayar cepat tanpa kuitansi asli' ... Karena indemnitas dan santunan berbeda cara penanganan.
Sehingga bisa melalukan perbandingan 'apple to apple' saat bertemu nasabah, dan memastikan nasabah teredukasi mengenai asli / tdk asli nya kuitansi, karena untuk keperluan validasi yang berbeda.
Semua keterangan diatas tentu sesuai ketentuan polis masing-masing, yang bisa saja membuat aturan khusus sebagai pengembangan strategi dari aplikasi prinsip-prinsip di atas.

Sudut pandang akan menentukan persepsi Anda dalam melihat gambar (asuransi) di bawah ini

Ngapain beli asuransi jiwa, buang buang duit saja yang menerima hasilnya juga bukan kita ?, Nah itu komentar yang pertama kali keluar ketika seseorang saudara menawarkan kepada saya untuk saya membeli asuransi jiwa.
Dulu ketika saya bekerja dengan mapan dan posisi yang bagus dalam perusahaan yang besar, tidak sedikitpun terpesit keinginan saya untuk memikirkan menyisihkan sedikit uang untuk membeli asuransi. Karena ketika itu semua fasilitas saya dapatkan dari perusahaan, rumah dinas, kendaraan pribadi, sopir pribadi dan fasilitas kesehatan tentunya.
Tapi semua berubah dalam hitungan “detik ” saat saya dihari terakhir sudah tidak lagi berstatus sebagai “karyawan” perusahaan tersebut.
Ketika saya melangkah keluar dari halaman eks kantor saya, yang saya bawa hanyalah 2 lembar kertas. Yang “pertama” adalah surat referensi keterangan bekerja dan yang “kedua” adalah sebagai ucapan terima kasih perusahaan atas jasa kita yang telah mengabdi bertahun-tahun diperusahaan tersebut maka perusahaan memberikan pengantar agar saya bisa mencairkan jamsostek atas nama saya.
Huh, dengan menghela nafas panjang, “saya baru”….saya ulangi “saya baru” menyadari kalau begitu dimasa tua saya nanti saya hanya punya surat jamsostek ini dan sisa sedikit uang tabungan di rekening saya….. Bagaimana seandainya terjadi seperti yg terucap oleh seorang agen asuransi... yang namanya resiko kehidupan..... Sakit, kecelakaan, cacat, meninggal, dan hari tuaaaaaaa.... Ohhh tidaaaaak....
Ya, Tuhan bagaimana saya bisa menikmati masa tua saya….apakah akan bergantung kepada anak-anak saya kelak, sedangkan anak kita belum tentu sudah bisa mandiri secara financial….
Bagaimana menurut Anda ?